Monday, February 15, 2016

Kisah Ketabahan Nabi Muhammad Dalam Berdakwah Menyampaikan Ajaran Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Kaum muslimin dewasa ini bukan saja tidak dapat membayangkan, apalagi dapat merasakan bagaimana penderitaan dan berbagai cobaan kesulitan Rasulullah s.a.w dan para sahabat r.a dalam menyebarkan agama Islam yang mulia ini.

Kisah Ketabahan Nabi Muhammad Dalam Berdakwah Menyampaikan Ajaran Islam

Dalam buku-buku sejarah banyak sekali terdapat kisah-kisah tentang perjalanan hidup mereka, tetapi untuk meniru dan mengamalkannya dalam kehidupan kita adalah sesuatu yang sangat sulit. Bahkan untuk mengetahui kisah tentang kehidupan mereka, kita tidak mau bersusah payah untuk melakukannya.

Di blog ini saya akan menukilkan kisah-kisah mereka sebagai suri tauladan bagi kita. Dari berbagai kisah tersebut, kita akan memulainya dengan kisah Rasulullah, nabi Muhammad s.a.w sendiri sebagai permulaan. Semoga dengan menuliskannya akan menjadi sumber keberkahan dalam kehidupan kita semua.

Perjalanan Rasulullah s.a.w ke Thaif

Meskipun telah 9 tahun nabi Muhammad s.a.w menyampaikan ajaran agama Islam dan berusaha untuk menyampaikan petunjuk dan perbaikan kepada kaumnya di kota Mekah al-mukarromah, tetapi ternyata sangat sedikit sekali orang yang mau menerima ajakan beliau. Walaupun begitu, ada sebagian orang yang pada dhahirnya belum memeluk agama Islam, tetapi mereka telah bersedia menolong upaya dakwah Rasululloah s.a.w. Kebanyakan kaum kuffar di Mekah selalu menghalangi, mengganggu dan mencemooh Rasulullah s.a.w dan para sahabatnya. Para sahabat tidak bisa berbuat apapun, dan mereka tetap berdakwah tanpa memperdulikan gangguan tersebut.

Paman Rasulullah sendiri, yaitu Abu Thalib, termasuk dalam golongan orang-orang yang belum memeluk Islam, tetapi hatinya sangat suka kepada Rasulullah s.a.w. Beliau merasa senang untuk menolong Rasulullah s.a.w.

Pada tahun ke 10 setelah kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin meningkatkan usaha mereka dalam mencegah berkembangnya agama Islam dan selalu berusaha mengganggu kaum muslimin di mana saja dan kapan saja mereka punya kesempatan.

Suatu ketika Rasulullah s.a.w merencanakan untuk pergi ke Thaif. Di sana ada kabilah Tsaqif, yaitu kabilah yang sangat besar jumlah pengikutnya. Beliau berpendapat jika penduduk Thaif memeluk Islam, maka kaum muslimin bisa melepaskan diri mereka dari siksaan dan gangguan kaum kuffar, dan Thaif akan dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Islam.

Setelah tiba di kota Thaif, Rasulullah s.a.w langsung menemui 3 orang yang oleh beliau dianggap sebagai pemuka dan tokoh masyarakat setempat. Setelah Rasulullah s.a.w berbicara dengan mereka, beliau mengajak mereka kepada agama Alloh s.w.t dan ikut membantu menyebarkan agama yang dibawa oleh beliau. Tetapi bukan saja menolak, bahkan mereka enggan untuk mendengarkan ajakan Rasulullah s.a.w. Sikap tersebut sangat bertentangan dengan norma dan kebiasaan orang Arab yang biasanya sangat terkenal menghormati tamu. Pada saat itu mereka menerima Rasulullah s.a.w tanpa penghormatan sama sekali, bahkan mereka menerima beliau dengan akhlak yang sangat buruk. Dengan terus terang mereka menyatakan ketidaksukaannya jika Rasulullah s.a.w berada di tempat mereka. Pada mulanya beliau berharap agar kedatangannya kepada orang-orang yang dianggap tokoh masyarakat akan diterima dengan kata-kata yang baik dan penuh kelembutan, tetapi beliau justru disambut dengan kata-kata kasar dan menyakitkan. Salah seorang dari mereka berkata, "Oh, kamukah yang dipilih oleh Alloh sebagai nabi-Nya?" yang lain mengatakan, "Apakah tidak ada orang lain yang pantas yang lebih pantas dipilih oleh Alloh sebagai nabi?", yang ketiga mengatakan, "Saya tidak mau berbicara denganmu, karena jika kamu benar-benar seorang nabi seperti yang engkau akui, maka jika aku menolaknya, itu bukan suatu musibah bagiku. Sebaliknya, jika engkau berbohong maka aku tidak sudi lagi berbicara denganmu."

Setelah bertemu dengan orang-orang yang tidak bisa diharapkan seperti itu, maka Rasulullah s.a.w berharap dapat berbicara dengan orang-orang selain mereka. Ini memang merupakan sifat Rasulullah s.a.w. yang selalu bersungguh-sungguh dang teguh pendirian serta tidak mudah berputus asa. Tetapi ternyata tidak satu pun dari mereka yang mau menerimanya. bahkan bukan saja mereka tidak mau menerima ajakan Rasulullah s.a.w, tetapi mereka juga menyuruh beliau dengan mengatakan kepada beliau, "Cepat-cepatlah keluar dari kampung kami, pergilah ke tempat mana saja yang engkau sukai asalkan jangan di sini."

Ketika Rasulullah s.a.w tidak bisa lagi mengharapkan sesuatu apapun dari mereka, maka beliau pergi meninggalkan tempat tersebut. Tetapi ternyata orang-orang di Thaif tersebut telah menyuruh para pemudanya agar membuntuti Rasulullah s.a.w. dan menyuruh mereka untuk mengganggunya, mengejeknya, serta melempari beliau dengan batu. Sehingga kedua belah sandal beliau penuh dengan dengan cucuran darah. Dalam keadaan seperti ini Rasulullah s.a.w. kembali dari kota Thaif. Dalam perjalanan pulang, beliau menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari kejahatan orang-orang tersebut, maka Rasulullah s.a.w berdi'a kepa Alloh s.w.t.:

اللّهم اليك اشكو ضعف قوّتي وقلّة حىلتى و هوا نى على النّاس ىاار حم الرّاحمىن٠ انت ربّ المستضعفىن و انت ربّى إلى من تكلنى إلى بعىد ىتجهمنى ام إلى عدوّملكته امرى إن لم ىكن بك على غضبٌ فلا اُبالى ولكن عافىتك هى اوسع لى اعوذ بنوروجهك الذى اشرقت له الظلمات وصلح علىه امرالدنىاوالاخرت من ان تنزل بى غظبك اوىحلّ علىّ سخطك لك العتبى حتّى ترضى ولا حول و لا قوّت إلاّ بك

"Ya Alloh, akau mengadukan kepada-MU akan lemahnya kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai yang Maha Rahim dari sekalian rahimin. Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada musuh yang akan menghinaku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asalkan aku tetap dalam keridlan-Mu. Dalam pada itu 'afiatmumu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-MU yang mulia yang menyinari seluruh langit dan menerangi semua yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahan-MU atau dari Engkau turun atasku adzab-MU. Kepada Engkaulah akau mengadukan urusanku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan melalui Engkau."

Demikian sedihnya do'a yang dipanjatkan oleh Rasulullah s.a.w. sehingga Jibril a.s. datang dan memberi salam kepada beliau, dan berkata, "Alloh s.w.t. mengetahui apa yang terjadi dalam pembicaraanmu dengan kaummu, dan Alloh mendengar jawaban mereka terhadapmu, dan Dia telah mengutus 1 malaikat yang bertugas mengurusi gunung-gunung kepadamu untuk melaksanakan apa saja perintah yang diinginkan olehmu." Setelah malaikat itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah s.a.w, ia berkata, "Apa yang engkau perintahkan akan saya lakukan. Jika engkau suka, saya sanggup membenturkan kedua gunung di samping kota ini bertubrukan sehingga akan mengakibatkan siapa saja yang tinggal di antara keduanya mati tertindih. Kalau tidak, apa saja hukuman yang engkau inginkan, saya siap melaksanakannya."

Rasulullah s.a.w yang mempunyai sifat pengasih dan mulia itu menjawab, "Saya hanya berharap kepada Alloh s.w.t. Jika mereka tidak menjadi muslim, semoga pada suatu saat nanti anak-anak mereka akan menjadi orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada-Nya."

Hikmah

Inilah akhlak orang yang paling mulia, yang diri kita mengaku sebagai pengikutnya. Tetapi sikap kita jika mendapatkan kesulitan sedikit saja, maka kita akan mencaci mereka, bahkan akan membalas dendam terhadap mereka. Kedhaliman dibalas dengan kedhaliman. Inilah yang selalu kita lakukan dan sudah menjadi kebiasaan kita sekarang. Sedangkan kita masih selalu mengaku sebagai pengikut nabi Muhammad s.a.w.. Seharusnya dengan pengakuan tersebut tingkah laku kita juga harus selalu mengikuti beliau. Rasulullah s.a.w. sendiri jika mendapatkan kesulitan dan penderitaan yang pedih dari orang lain tidak pernah membalas keburukan tersebut dengan do'a keburukan bagi mereka, dan tidak pernah berkeinginan membalas dendam kepada mereka.

Demikianlah salah satu kisah keteladanan Nabi Muhammad s.a.w dalam berdakwah, semoga kita dapat mencontoh cara beliau menghadapi segala cobaan kehidupan di dunia ini.

Artikel Terkait

Kisah Ketabahan Nabi Muhammad Dalam Berdakwah Menyampaikan Ajaran Islam
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email